Jeruk Busuk

Leave a Comment
Ilustrasi Jeruk Busuk

Suatu hari ada keributan cukup besar di kelas 3 SD, ada beberapa siswa yang berantem yang menimbulkan suasana belajar menjadi tidak nyaman. Ibu Ani sebagai wali kelasnya mencoba menenangkan, namun tidak digubris. Akhirnya keadaan cukup tenang setelah Ibu Ani meminta bantuan beberapa guru lainnya.

Bu Ani menyuruh anak-anak yang terlibat perselisihan untuk meminta maaf dan saling memaafkan, namun rasanya rasa benci pada anak-anak yang berantem itu sudah kadung tebal sehingga tidak ada satupun diantara siswa yang berantem untuk meminta maaf.

Bunyi bel pun berbunyi, para siswa sudah tak sabaran untuk segera pulang. Bahkan sudah ada yang tasnya rapi. Sebelum memperbolehkan siswa pulang bu ani memberikan pekerjaan rumah spesial. "Anak-anak, selama satu minggu ke depan ibu tidak akan memberikan kalian PR." Sontak banyak anak-anak yang teriak kegirangan. "Tapi sebagai gantinya, kalian harus membawa ember," lanjut bu Ani.

Raut wajah bingung terpampang dari para siswa. "Untuk apa bu embernya?" tanya seorang siswa.

Bu Ani kembali menjelaskan, "ibu ingin selama satu minggu ke depan kalian membawa sebuah ember setiap hari ke sekolah dengan memasukkan jeruk ke dalamnya. Tapi jeruk yang dimasukkan bukan jeruk biasa. Saat kalian membenci seseorang masukan 1 jeruk ke dalam ember itu, jika kalian membenci dua orang masukkan dua buah jeruk ke dalam ember itu, begitu seterusnya, tapi apabila kalian sudah tidak membenci orang itu kalian bisa keluarkan jeruk itu, begitupun jika kalian membencinya lagi, kalian tidak perlu memberitahu ibu berapa orang yang kalian benci dan siapa orang itu, cukup masukan saja jeruknya pada ember. Ibu minta saat di sekolah kalian bawa terus ember itu"

Tak ada anak-anak yang protes, bagi mereka lebih baik hanya membawa ember dan jeruk daripada harus mengerjakan pr matematika, b. inggris, ipa dan lainnya.

Waktu seminggu telah berlalu, ini adalah hari terakhir bagi para siswa untuk membawa ember serta jeruk orang dibenci didalamnya. Ada berbagai ember, ada siswa yang hanya membawa ember kecil dengan beberapa jeruk didalamnya. Adapula siswa yang membawa ember cukup besar dengan jeruk yang cukup banyak didalamnya.

Sebelum jam pulang sekolah, bu Ani kembali menanyakan tentang ember dan jeruk didalamnya itu. "Anak-anak ibu punya penawaran, untuk seminggu ke depan kalian ingin ada PR lagi atau lanjut membawa ember dengan jerus didalamnya?"

Semua siswa sontak menjawab, "kami ingin ada PR lagi bu!"

Bu Ani tersenyum, "Memangnya kenapa?" 

"Saya capek bu harus membawa jerus sebanyak ini kemana-kemana di sekolah, lagipula jeruk ini sudah mulai membusuk dan menimbulkan bau yang tak sedap," timpal oleh seorang siswa.

"Ya, itulah yang terjadi pada hati kita. Ember itu di ibaratkan sebagai wadah hati kita, jeruk itu adalah orang-orang yang kita benci. Bayangkan, baru seminggu saja jeruk itu sudah membusuk dan juga membuat bau embernya. Bagaimana jika sebulan, setahun? Apa yang akan terjadi pada hati kita? Dan bagaimana saat kalian tidak membenci orang itu lagi, saat kalian harus membuang jeruk yang ada di dalamnya?" tanya bu Ani.

"Embernya jadi ringan bu, juga tidak bau lagi."

"Ya dengan memaafkan maka kalian akan memutuskan rantai kebencian, kalian tidak perlu membawa beban berat lagi di hati kita, dan yang pasti hati kita tidak membusuk." senyum bu Ani.

Setelah mendengar penjelasan bu Ani, beberapa siswa yang berantem minggu kemarin akhirnya saling meminta maaf dan memaafkan tanpa harus disuruh lagi. 

:D

 
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar dan Saling Menghargai dalam Berkomentar :)