Bahasa
merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan komunikasi. Suatu
bangsa akan lebih dikenal, apabila, bahasa nasionalnya menjadi salah
satu bahasa yang dipergunakan oleh bangsa lain di dunia.
Walaupun
yang paling efektif merubah citra adalah merubah realitas, namun peran
budaya dan bahasa Indonesia dalam diplomasi sangat krusial. Tingginya
minat orang asing belajar bahasa dan budaya Indonesia harus disambut
positif. Kalau perlu, Indonesia menambah Pusat Kebudayaan Indonesia di
sejumlah negara, guna membangun saling pengertian dan perbaiki citra .
Direktur
Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Andri
Hadi mengemukakan hal itu, ketika tampil pada pleno Kongres IX Bahasa
Indonesia, yang membahas Bahasa Indonesia sebagai Media Diplomasi dalam
Membangun Citra Indonesia di Dunia Internasional, Jakarta.
“Saat
ini ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti
Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya,”
katanya. Mengambil contoh, Australia, Andri Hadi menjelaskan, di
Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar
500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia. Bahkan, anak-anak kelas 6
sekolah dasar ada yang bisa berbahasa Indonesia.
Untuk
kepentingan diplomasi, dan menambah pengetahuan orang asing tentang
bahasa Indonesia, menurut Dirjen Informasi dan Diplomasi Deplu ini,
modul-modul bahasa Indonesia di internet perlu diadakan, sehingga orang
bisa mengakses di mana saja dan kapan saja.
Di
samping itu, keberadaan Pusat Kebudayaan Indonesia di sejumlah negara
sangat membantu dan penting. Negara-negara asing gencar membangun pusat
kebudayaannya, seperti China yang dalam tempo 2 tahun membangun lebih
100 pusat kebudayaan. Sedangkan bagi Indonesia, untuk menambah dan
membangun Pusat Kebudayaan terkendala anggaran dan sumber daya manusia
yang handal.
Dalam
sesi pleno sebelumnya, Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional Dendy Sugono yang berbicara tentang Politik Kebahasaan di
Indonesia untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas Kompetitif di atas
Fondasi Peradaban Bangsa, mengatakan, tuntutan dunia kerja masa depan
memerlukan insan yang cerdas, kreatif/inovatif, dan berdaya saing, baik
lokal, nasional, maupun global.
Untuk
memenuhi keperluan itu, sangat diperlukan keseimbangan penguasaan
bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing untuk
mereka yang berdaya saing global, tandasnya.
Dendy
Sugono melukiskan, kebutuhan insan Indonesia cerdas kompetitif itu,
untuk lokal meliputi kecerdasan spiritual, keterampilan, dan bahasa
daerah . Untuk kebutuhan nasional meliputi kecerdasan emosional,
kecakapan, dan bahasa Indonesia. Sedangkan untuk global, dibutuhkan
kecerdasan intelektual, keunggulan, dan bahasa asing.
sumber :
http:/menujuhijau.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar dan Saling Menghargai dalam Berkomentar :)